Situs-situs Bersejarah di Manado
Kota Manado adalah ibukota dari provinsi sulawesi utara, yang memiliki
banyak pesona wisata, mulai dari wisata bahari dan situs-situs
bersejarah yang ada di kota tinutuan ini.
Pada postingan ini kami dari kelompok 10 mata kuliah Pendidikan
Pancasila mahasiswa jurusan manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sam Ratulangi akan memaparkan hasil dari kunjungan kami ke
beberapa situs bersejarah yang ada di kota manado dalam rangka tugas
yang diberikan oleh dosen.
1. Monumen Kenangan Perang Dunia II
Tugu Perang Dunia II ini berada dalam satu kompleks yang cukup luas
dimana terdapat pula bangunan Gereja Sentrum Manado, yaitu Gereja Masehi
Injil di Minahasa.
Monumen perang dunia ini dibangun pada tahun 1946-1947 oleh sekutu/NICA.
Arsiteknya Ir. Van Den Bosch. Monumen ini dibangun sebagai suatu
kenangan terhadap korban Perang Pasifik, baik dari pihak sekutu Jepang,
dan rakyat semasa Perang Dunia II berlangsung 1941-1945. Monumen ini
tidak sempat diresmikan sehingga tidak ada prasasti penamaannya.
Tinggi monumen ini 40 meter terdiri dari 4 buah tiang penyangga dengan
sebuah kunus persegi-empat yang disimbolkan sebagai peti jenazah atau
berisi abu jenazah korban perang dan dilengkapi dengan empat bola/roda
peti jenazah. Monumen ini dimaknai sebagai simbol penyerahan arwah
korban perang kepada Tuhan Yang Maha Kuasa pada kotak berbentuk kubus di
puncak monumen. Empat bola/roda kota kubus diatas, disimbolkan sebagai
pemisah antara mahkluk mulia mausia yang mengusung dan diusung. Monumen
ini sebagai bukti bagaimana peran dan strategisnya lokasi
Manado-Minahasa pada masa Perang Pasifik, bahkan diawal Perang Dunia II.
2. Tugu Pendaratan Batalyon Worang
Tugu Peringatan Pendaratan Batalyon Worang ini berada di Jl. Sam
Ratulangi (dekat “Pasar 45”) Kelurahan Wenang Utara, Kecamatan Wenang,
di pusat Kota Manado.
Batalyon Worang merupakan salah satu Batalyon dibawah Markas Besar
Angkatan Darat yang sebelumnya bernama Batalyon B pada Brigade 16 TNI
AD, dibawah pimpinan Mayor Hein Victor Worang (dengan pangkat terakhir
Mayor Jenderal TNI-AD), yang ditugaskan ke Manado untuk mempertahankan
keutuhan negara kesatuan RI dari gerakan separatis.
Batalyon Worang terdiri dari 7 kompi, yaitu Kompi Yuus Somba, Utu Lalu,
Wim Tenges, Wuisan, Andi Odang, John Ottay, dan Kompi Wim Yoseph (Kompi
Markas), dengan Kepala Staf Batalyon Kapten Rory. Pasukan Batalyon
Worang berjumlah sekitar 1.100 orang.
Batalyon Worang ditugaskan dalam berbagai operasi militer, diantaranya
di daerah Jawa Timur, Jakarta, Makassar, Ambon, dan Manado. Ketika
mendarat di Manado, Komando Belanda/KNIL setempat tidak menghalangi
Batalyon Worang untuk menguasai Sulawesi Utara. Setelah menguasai
Manado, Batalyon Worang Batalyon Worang pun dikirim ke
Maluku untuk bergabung dalam operasi militer menumpas Republik Maluku
Selatan (RMS).
3. Taman Kesatuan Bangsa dan Patung Dotu Lolong Lasut
Situs ini disebut sebagai Teater Terbuka Taman Kesatuan Bangsa yang ditengahnya berdiri patung Dotu Lolong Lasut.
Di masa pemerintahan kolonial lokasi ini adalah sebuah lapangan kecil di
sebelah timur dari benteng Amsterdam yang lokasinya tidak jauh dari
sini. Tahun 1950 ada usaha dari pemerintah kota menata kembali lapangan
kecil ini dan dibuatkan taman yang diberi nama "Taman Lex Kawilarang"
sebagai penghormatan atas jasa seorang pemuda minahasa yang berjuang
dimasa revolusi fisik membela Republik Indonesia . Selanjutnya, pada
masa Permesta taman ini terbiar dan rusak. Usai Permesta taman ini
ditata kembali dan di tengah taman ini didirikan patung "Dotu Lolong
Lasut" dan diubah nama menjadi "Taman Dotu Lolong Lasut" yang dianggap
sebagai toko historis yang mendirikan kota Manado pada abad ke-15. Bukti
mengenai hal tersebut tidak jauh dari lokasi ini (sekitar 50 m),
terdapat "Waruga Dotu Lolong Lasut".
Dalam perkembangan kemudian sejalan dengan pembangunan kota Manado
sebagi kota tujuan wisata maka lokasi ini disebut sebagai "Teater
Terbuka Taman Kesatuan Bangsa".
Itulah beberapa situs bersejarah di kota Manado yang kami kunjungi dalam rangka tugas yang diberikan oleh dosen kami.
Kelompok 10
Pratama C. C. Mokalu
Vernando A. Watung
Theresia Moonik
Trini K. G. Bujung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar